Seperti mimpi - bunga tidur, pada umumnya saya agak bingung bagaimana awal kisahnya. Yang jelas, saat itu di dalam mimpi saya, saya dengan beberapa teman saya berdiskusi. Saya juga tidak begitu ingat siapa yang berada di dalam mimpi saya. Beberapa teman saya di dalam mimpi tersebut mengatakan ingin ke ranukumbolo. Tapi, hanya sebatas keinginan saja. Beberapa saat kemudian keinginan itu sudah sirna dengan obrol ngalur ngidul yang tidak jelas. Lalu, saya kembali menekankan tentang rencana untuk ke Ranukumbol. Entahlah kemudian, beberapa saat kami ingat kembali pada Ranukumbolo tapi sesaat kemudian melupakannya. Begitu seterusnya.
Seperti pada sebuah film, saya kembali berbicara entahlah saya juga agak bingung mengapa di dalam mimpi pun saya mendadak puitis seperti ketika saya menulis. Salah satu teman saya bertanya mengapa kita harus bermimpi dan mengapa saya ngotot untuk memaksa mereka untuk ke Ranukombolo mewujudkan mimpi. Lalu saya menjawab, "Saat kita bermimpi, kita harus berusaha meuwujudkannya karena jika tercapai semua akan sangat indah". Intinya seperti itu. Tapi, saya agak lupa dengan dialog asli saya di dalam mimpi hhe.
Lalu, entah saya tidak tahu pada scene apa, saya melihat topografi tiga dimensi dari untuk kawasan Bromo dan Semeru. Dan di saat itu pula, saya
Well, saya sangat senang dengan mimpi yang luar biasa ini. Beda dari mimpi yang sebelumnya. Valuable dan sangat memiliki pesan yang kuat. Percaya atau tidak, setelah saya bermimpi ini, saya memiliki keinginan yang kuat untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya. Pokoknya satu mimpi setiap hari. Harus terwujud.
Dream catcher.
Arif Darmawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar