Alhamdulillah setelah setahun menunggu akhirnya kesempaan itu
datang kepadaku. Di semester III, aku mencoba untuk mendaftarkan diri mengajukan
beasiswa PPA. Saya merasa cukup optimis ketika mendaftar salah satu jenis
beasiswa yang ditawarkan di kampus ini. Awalnya memang agak sedikit psimis
karena mengingat beasiswa PPA adalah beasisiwa yang ditujukan kepada sebagian
mahasiswa yang memiliki nilai akdemik yang sangat bagus dan “qualified”.
Setahun setelah kegagalan itu,
aku menoba untuk bangkit. Yah, dengan IP 3,17 di semester pertama dan mendaftar
beasiswa PPA,kayaknya ibarat ikutan audisi, baru sampe di pintu audisi udah ditolak. Tapi, aku tidak terus-terusan merutuk
diri dengan kegagalan tersebut.
Di semester kedua, aku mencoba
meningkatkan nilai akademiku. Dimulai dari duduk di bangku paling depan, sering
aktif memberikan pendapat sanggahan atau apalah ketika diskusi di kelas dan
mencoba mengerjakan tugas jauh-jauh hari dari deadline. Hasilnya? Jauh di luar dugaan, nilai semester yang
kudapat naik drastis banget dari semester pertama. Berita baiknya, nilai saya
tertinggi di kelas. Bisa dibayangkan bagaimana kagetnya seorang mahasiswa yang
biasa aja dan tidak diperhitungkan bisa membuktikan bahwa ia bisa menjadi yang
terbaik. Alhamdulillah, hal ini yang menjadi salah satu faktor acceptednya nilaiku buat dapetin beasiswa PPA.
Selain itu, selama setahun
setelah kegagalan itu pula. Aku mulai menyiapkan diri untuk agar peluangku
untuk mendapat beasiswa PPA semakin besar. Seperti mengikuti seminar dan
berbaga jenis lomba. Salah satu lomba yang aku ikutin adalah pemilihan duta wisata di daerah tempatku tinggal.
Hasilnya? Aku hanya menjadi finalis, tidak sampai masuk sepuluh besar. Selain
karena kesiapan yang kurang matang tapi, aku melakukan kesalahan terbesar
seperti menggunakan Bahasa Indonesia dan no
make up ketika acara “fashion show”.
Bagiku, nggak masalah sih namanya
juga belajar, mumpung masih muda cari pengalaman sebanyak mungkin biar pas tua punya banyak cerita.
Well, setelah mendapat pengumuman kalau aku lolos seleksi beasiswa
bukannya semua sudah berakhir. Tapi, itu semua adalah awal dari proses
mendapatkan beasiswa tersebut. Dimulai dari kelimpungan
nyari anggota untuk bikin KTI, nyusun KTI seorang diri padahal udah ada
partner bahkan sampe kudu bikin KTI lagi
karena salah mendapatkan partner.
Tapi, semua bisa dilalui dengan mudah. Alhamdulillah,
Allah membukakan jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar