Dari dulu, hampir sekitar dua puluh satu tahun aku dilahirkan aku
tidak pernah mau berurusan dengan hal yang kusebut "Merah Jambu" atau
cinta.
Ada beberapa faktor yang membuatku menghindar dari hal beginian;
- Yang Pertama, aku merupakan salah satu orang yang nggak pede dan cenderung salah tingkah kalau dekat dengan orang yang aku taksir.
- Selanjutnya,
aku tidak ingin mengatakan apa yang sebenarnya ada di hati meskipun aku
tahu sejak duduk di bangku TK, SD, SMP, SMA bahkan saat kuliah aku
menyukai sahabatku sendiri. Alasannya sih simple, aku nggak mau membuat
persahabatanku rusak hanya gegara masalah beginian. Padahal, Ya tUhan...
nyesek banget rasanya kalau liat si doi sama yang lain.
- Ketiga,
aku tidak memiliki keberanian untuk memulai, sama halnya sih seperti
yang di nomor satu. Begini, aku tuh termasuk orang yang want to know alias kepo
banget kalau suka sama orang. Akun sosial medianya sampai nomor
ponselnya sudah aku punya tapi, untuk memulai kenalan dengan berkedok
tanya PR, salah kirim atau apalah susahnya minta ampun. Takut
ketahuan!!!
Oke itu tadi intermezo aja sih. Sekarang aku mau
cerita tentang merah jambuku di periode 2013 ini. Haha udah kayak
kepengurusan aja pake periode segala.
Oke dimulai dari cewek
pertama, sebut saja Lani. Hmmm inget bener pas petama liat dia waktu
liburan, aduh Tuhan manisnya ngalah-ngalahin si Annisa Chiby. Dan dia
adalah salah satu teman kampusku. Well, awalnya lancar bener deh. Kurang
apa coba, pas minta nomornya dibantuin sama temen, pedekate di bantuin
sama temen, curhat dan ngepoin si dia di bantuin sama temen, terus
usahaku yang mana? Aduh. Usahaku sih, nyiapin mental buat jalan bareng,
nyiapain tanggal yang pas buat.... Yah,
I think you know what I mean-lah ya orang pedekate ujung-ujungnya mau ngapain.
Pedekate
sudah cukup lama, mungkin satu bulan itu lama kan ya? Tapi, aku taksir
sih nggak sampe sebulan tuh pdkt-nya. Seperti orang yang lagi PDKT
kebanyakan, teleponan, SMSan dan lain sebagian lainnya tidak aku lakuin.
Dan hingga malam itu. Hal itu terjadi. Jika kalian mengira ini adalah
Happy Ending
rasanya salah banget. Aku nggak nembak dia tapi cuma mastiin apa yang
aku rasaian. Beberapa hari sebelum malam itu, aku memang sudah mulai
ragu. Hingga malam itu benar saja, hubungan kami kandas di jalur
telepon. Tidak pernah ada kata jadian, cuma pendekatan saja. Baik aku
atau dia sama-sama tidak ingin melanjutkan. Dia ragu denganku (mungkin)
tapi, di sini aku yang lebih sakit. Bagaimana tidak, seumpama aku jadian
terus dia masih dekat sama orang yang pernah dekat dengannya, mau
dibawa kemana hubungan kita setelahnya. Oke, itu cerita merah jambu-ku
yang pertama.
Kedua, awalnya aku nggak pernah percaya kalau aura
senior itu terpancar kuat di mata junior. Tapi, nyatanya? Aku
membuktikan hal ini. Namanya Nana (samaran) dia adalah mahasiswa baru di
kampus, sempat kubentak saat hari pertama masuk (pra -ospek). Tapi, ah
mungkin aku kemakan omongan sendiri. Iseng-iseng
stalking, aku follow aja akun Twitternya dan DM melayang di akunku. Dari Nana. Kami mulai berhubungan sebatas
Direct Message hingga akhirnya menjadi
Short Message Service. Jujur, aku yang meminta nomornya duluan, berhubung anaknya imut-imut kayak JKT48. Maklumlah ya lama di Jepang mungkin si doi(?).
Singkat
cerita dan belajar dari pengalaman, aku mencoba berjalan sendiri. Aku
berhubungan dengan dia tanpa sepengetahuan siapapun termasuk teman dekat
sendiri, ya meski akhirnya ketahuan juga sama beberapa orang. Hih.
Anaknya enak banget, nyambung dan nggak garing. Hingga akhirnya kami
jalan bareng dan itupun cuman sekali dan doi yang kode-in aku buat
ngajak keluar, meski ada alibi segala macam. Di jalan bareng
pertama anaknya cerewet banget, ada aja yang mau diomongin, ini dan itu.
Tapi, buat aku pribadi itu adalah nilai tambah karena sejatinya aku
bukan dilahirkan untuk sebagai si pembicara tapi, sebagai pendukunglah
biar susananya nggak garing. Hingga suatu hari, she asked me something
that i should answered. Katanya,
"Do you have any feeling for me?".
Terus aku jawab juga, "Yes, I have. What about you? How?" tanyaku.
Katanya nggak apa-apa dan dia nggak mau jawba pertanyaanku. Sampai
akhirnya aku bikin dia ngerasa bersalah dengan nggak ngejawab SMSnya.
Sampai akhrnya aku tahu, dia belum siap dan masih nunggu waktu. How
long? Entahlah yang jelas, sepertinya dia nolaj aku secara halus.
Mungkin karena aku menjawab, "If you make realtionship with me, I will
serious with this, because I wanna make this to the seroius relationship
(
Hmmm nggak terasa juga udah banyak banget ini tulisan yang aku
tulis di sini. Itulah dua kisah merah jambu yang mewarnai hidupku di
tahun 2013 ini. Well, meski ending-endingnya I dont have anyone, tapi
se-nggaknya aku belajar dari apa yang aku alami itu. Aku jadi tahu
bagaimana mencintai, dicintai, mengambil sebuah keputusan, menolak
sebuah keraguan dan tidak mengikuti kata hati yang masih belum fix di
tempatnya.
Begitulah cinta, kadang emang manis banget pas awal
tapi kita tidak tahu kapan manisnya itu akan berakhir. Nggak salah kita
gagal saat PDKT-an, itu artinya naluri kita sudah mendeteksi bahwa,
she/he is not your right!
Ditulis dari hati,AD